💥TUJUAN MEMBACA AL QURAN🌿
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan mengatakan: “anda dapati banyak orang yang membaca Al Qur’an namun mereka terjerumus dalam kesyirikan dan meninggalkan tauhid.
Padahal perkara tauhid ini sangat jelas di dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Karena mereka melestarikan apa yang mereka dapati dari kakek moyang mereka, para syaikh mereka, dan kebiasaan penduduk daerah mereka. Mereka tidak merenungkan barang satu hari pun, dan tidak men-tadabburi, apa yang ada di dalam Al Qur’an.
Dan mereka tidak berusaha mengkiritisi apa yang dilakukan orang-orang, apakah hal tersebut sudah benar atau tidak?”.
Beliau melanjutkan, “bahkan mereka mempraktekkan taklid buta kepada kakek moyang mereka. Mereka menganggap Al Qur’an hanya dibaca sekedar untuk mengambil berkahnya saja dan meraih pahala dari membacanya. Mereka tidak bermaksud untuk mentadabburi dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya”
(Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 10).
Padahal Al Qur’an dibaca untuk diamalkan, karena ia adalah sumber hidayah, Allah Ta’ala berfirman:
(إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al Isra: 9).
Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk mentadabburi isi Al Qur’an, bukan sekedar membaca tanpa perenungan. Allah Ta’ala berfirman:
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”
(QS. Muhammad: 24).
Bahkan sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajarinya, berusaha memahami isinya dan mengajarkannya kepada orang lain. Bukan sekedar membacanya tanpa pemahaman. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”
(HR. Al Bukhari 4639).
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan melanjutkan, “sedikit sekali orang yang membaca Al Qur’an dengan tujuan ini. Kebanyakan mereka hanya membacanya untuk mencari berkah atau sekedar bernikmat-nikmat mendengarkan tilawah sang qaari’, atau untuk mengobati orang sakit.
Adapun membaca Al Qur’an untuk mengamalkannya, serta mentadabburinya, dan mengembalikan apa yang dilakukan oleh orang-orang kepada Al Qur’an, ini semua tidak ditemukan kecuali hanya pada sedikit orang saja”
(Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 11-12).
Terlalu perhatian pada tajwid, namun lalai pada tauhid...!!!
Sebagian orang, memberikan perhatian yang begitu serius dalam tajwid (membaguskan bacaan Al Qur’an).
Atau sangat perhatian pada langgam-langgam dalam membaca Al Qur’an, menghafal dan melatih langgam-langgamnya, atau mengoleksi banyak rekaman para qaari’ dan menirukan bacaan serta iramanya.
Namun justru mereka lalai terhadap esensi dari apa yang dibaca.
Syaikh Shalih Al Fauzan menyebutkan, “orang-orang membaca Al Qur’an, memperbanyak bacaannya, mengkhatamkannya berkali-kali, menghafalnya, mentartilkannya, mereka sangat perhatian pada lafadz-lafadz dan tajwidnya. Sangat perhatian pada hukum-hukum mad, hukum-hukum idgham, ghunnah, iqlab, izhar, ikhfa, dan mencurahkan perhatian yang sangat besar dalam hal itu. Ini memang baik. Namun tujuan yang lebih urgen bukanlah ini. Tujuan yang lebih urgen adalah mentadabburinya, memahami Kitabullah, dan mengembalikan amalan kita serta amalan manusia kepada Kitabullah, apakah amalan-amalan tersebut sesuai dengan Kitabullah atau bertentangan?” (Syarh Al Ushul As Sittah, 13).
Artikel Muslim. or. id.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar