Hatim al Asham adalah salah satu murid al Syaqiq al Balkhi.
Suatu hari, Syaqiq bertanya kepada dia, "kamu telah bersamaku selama 30 tahun. Lalu apa yang telah kamu dapatkan?" Hatim menjawab, "saya telah mendapatkan 8 faidah dari ilmu, dan itu sudah cukup bagi saya karena saya mengharap keselamatan pada 8 faidah itu." Syaqiq bertanya, "8 faidah itu apa saja?"
Hatim menjawab, :"
✅1⃣(faidah pertama):
Saya melihat semua makhluk mempunyai sesuatu yang dicintai dan rindui.
Sebagian yang dia cintai hanya menemani dia sampai dia sekarat saja.
Ada yang hanya menemani sampai pinggir kubur kemudian mereka semua kembali dan meninggalkan dia sendirian tidak ikut masuk kedalam kubur.
Lalu saya berpikir, 'kekasih terbaik seseorang adalah yang ikut masuk kedalam kubur dan membuat dia tentram di dalamnya.'
Lalu saya tidak menemukannya melainkan amal sholih saja.
Kemudian saya menjadikan amal sebagai kekasih supaya dia menjadi penerang kubur, penentramku dan tidak meninggalkanku sendirian.
✅2⃣(faidah kedua):
Aku telah melihat orang-orang suka mengikuti hawa nafsunya dan cepat-cepat melakukan keinginan dirinya.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan adapun orang yang takut pada makam Tuhannya dan mencegah dirinya dari kesenangannya, maka surga adalah tempat dia."
Aku yakin kalau Qur'an adalah benar dan haq. Kemudian aku bersegera untuk menentang nafsuku dan aku bersiap-siap untuk memerangi dan menghalanginya dari kesenangannya hingga nafsu bisa menjadi ridha untuk taat kepada Allah dan tunduk.
✅3⃣(faidah ketiga):
Aku melihat masing-masing orang berusaha mengumpulkan harta dunia kemudian mereka menimbunnya dengan tangannya tergenggam.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "apa yang ada pada kalian akan hancur dan apa yg ada disisi Alloh adalah yang kekal."
Kemudian aku serahkan harta dunia yang aku peroleh untuk keridhaan Allah lalu aku bagikan kepada orang-orang miskin supaya harta tersebut nanti menjadi simpananku disisi Allah.
✅4⃣(faidah keempat):
Aku telah melhat sebagian orang yang menyangka kalau kemuliaan dia berada dalam banyaknya pengikut dan keluarga kemudian dia menjadi tertipu oleh mereka.
Ada yg menyangka kalau kemuliaanya ada dalam banyaknya harta dan banyaknya anak sehingga dia membangga-banggakan itu semua. Yang lain menyangka kalau kemuliannya ada dalam mengambil harta orang, mendhalimi dan mengalirkan darah mereka.
Kelompok lain berkeyakinan kalau kemuliaan mereka ada dalam menghambur2kan harta.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "sesungguhnya paling mulia kalian disisi Allah adalah yg paling bertaqwa kalian."
Kemudian aku memilih ketaqwaan dan aku yakin kalau Qur'an adl haq dan benar, dan semua sangkaan mereka adalah salah dan batal..
✅5⃣(Faidah kelima):
Aku melihat orang-orang saling menghina dan menggunjing.
Lalu aku menemukan sebabnya adalah karena rasa hasut, kedudukan dan ilmu. Kemudian aku memikirkan firman Allah, "Kami telah membagi penghidupan mereka di kehidupan dunia."
Kemudian aku tahu kalau bagian itu adalah dari Allah dijaman azali dulu. Lalu aku tidak menghasudi seseorang dan aku ridha pada bagian yang Allah berikan.
✅6⃣(Faidah keenam):
Aku melihat orang-orang saling memusuhi karena suatu tujuan atau sebab.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "sesungguhnya setan adalah yang menjadi musuh kalian. Maka jadikanlah dia sebagai musuh." lalu aku menjadi tahu kalau tidak diperbolehkan memusuhi seseorangpun selain setan.
✅7⃣(Faidah ketujuh):
Aku telah melihat masing-masing orang bersusah payah membanting tulang mencari makan dan penghidupan hingga mereka jatuh dalam perkara syubhat dan haram, dan mereka menghinakan diri dan menghancurkan harga dirinya.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan tidaklah dari hewan dibumi melainkan pada Allah rejekinya." kemudian aku tahu bahwa rejekiku ada pada Allah dan Dia telah menanggungnya.
Lalu aku bersibuk diri beribadah kepadaNya dan ku putuskan harapanku kepada selain Dia.
✅8⃣(Faidah kedelapan):
Aku melihat masing-masing orang berpegang teguh pada sesuatu yang diciptakan.
Ada yang berpegang kuat pada dinar dan dirham. Ada yang berpegang teguh pada harta dan kekuasaan. Ada yang berpegang kuat pada pekerjaannya. Dan ada yg berpegang teguh pada makhluk seperti dia.
Kemudian aku memikirkan firman Allah, "dan sesiapa yang berserah diri kpd Allah maka Dia yg akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah yg akan memenuhi urusannya. Sungguh Allah telah menjadikan kadar pada segala sesuatu."
Kemudian aku berserah diri kepada Allah. Dia adalah dzat yang mencukupiku dan yang paling baik dijadikan sebagai yang mengurusi adalah Dia."
Kemudian Syaqiq berkata, "Allah telah menolongmu.
Aku telah melihat dalam taurat, injil, zabur dan al Qur'an kemudian aku menemukan dalam keempat kitab itu berputar pada kedelapan faidah itu.
Jadi, sesiapa yg mengamalkannya, maka dia telah mengamalkan keempat kitab itu."
(Ayyuhal Walad, hlm. 11-13)
💎💎 Delapan Mutiara Hatim Al A’sham
Pertama,
“Ketika aku memperhatikan makhluk yang ada di dunia ini, aku melihat masing-masing mempunyai kekasih, dan ia ingin selalu bersama kekasihnya bahkan hingga ke dalam kuburnya, tetapi ketika dia sudah sampai di kuburnya, kekasihnya justru berpaling darinya. Ia pun merasa kecewa karena kekasihnya tidak lagi dapat bersama masuk ke dalam kuburnya dan berpisah dengannya. Karena itu aku ingin menjadikan amal kebaikan yang menjadi kekasihku, sebab jika aku masuk kubur, maka semua amal kebaikan akan ikut bersamaku.”
Kedua,
“Saya memperhatikan (merenungkan) firman Allah:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠)فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. An-Nazi’at: 40-41)
Maka saya berusaha keras untuk meneguhkan diri dalam menundukkan hawa nafsu, hingga nafsu saya mampu tegar atau tenang (tidak goyah) diatas ketaatan kepada Allah.”
Ketiga,
“Saya memperhatikan manusia, dan saya amati masing-masing memiliki sesuatu yang berharga, yang dia menjaganya agar barang tersebut tidak hilang. Kemudian saya membaca firman Allah:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (Qs. An-Nahl: 96)
Oleh karena itu, apabila setiap aku memiliki sesuatu yang berharga dan bernilai, segera saja aku serahkan kepada Allah, agar milikku terjaga bersama-Nya dan tidak hilang (agar kekal di sisi Allah).”
Keempat,
“Saya memperhatikan manusia dan saya ketahui masing-masing mereka membanggakan hartanya, pangkatnya (kedudukannya) dan nasabnya (keturunannya). Kemudian aku memperhatikan firman Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (Qs. Al-Hujurat: 13)
Maka aku berbuat dalam koridor takwa (aku kerjakan konsekuensi takwa), hingga menjadikan aku di sisi Allah, sebagai orang yang mulia.”
Kelima,
“Saya memperhatikan manusia dan (saya tahu) mereka saling mencela dan mengumpat antara satu dan lainnya. Saya tahu masalah utamanya di sini adalah sifat iri hati (dengki). Maka saya kemudian memperhatikan firman Allah:
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (Qs. Az-Zukhruf: 32)
Maka saya kemudian meninggalkan sifat iri hati dan menghindar dari banyak orang, karena saya tahu bahwa pembagian rejeki itu benar-benar dari Allah, yang menjadikanku tidak patut memusuhi dan iri kepada orang lain.”
Keenam,
“Ketika kupandangi makhluk yang ada di dunia ini, ternyata mereka suka berbuat kedurhakaan dan berperang satu sama lain, akupun kembali kepada firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu).” (Qs. Fathir: 6)
Maka aku tinggalkan permusuhan diantara manusia, karena itu setan kupandang sebagai musuhku satu-satunya dan akupun sangat berhati-hati kepadanya, karena Allah menyatakan setan adalah musuhku.”
Ketujuh,
“Saya memperhatikan manusia, maka saya melihat masing-masing diantara mereka memasrahkan jiwanya dan menghinakan diri mereka sendiri dalam mencari rezeki. Bahkan ada diantara mereka yang berani melihat kepada firman Allah:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang menanggung rizkinya.” (Qs. Hud: 11)
Saya kemudian menyadari bahwa saya adalah salah satu dari makhluk melata, sehingga Allah pasti akan menanggung rezekinya. Maka saya menyibukkan diri dengan apa yang menjadi hak Allah dan saya tinggalkan hak saya atas Allah. (Saya meninggalkan apa-apa yang tidak dibagikan kepadaku).”
Kedelapan,
“Saya memperhatikan manusia, maka saya lihat masing-masing dari mereka menyerahkan diri (bertawakkal) kepada sesama makhluk (orang ataupun barang). Ada yang menyandarkan hidupnya kepada sawah ladangnya, sebagian karena perniagaannya, sebagian karena hasil karya produksinya, sebagian lain karena kesehatan badannya dan simpanannya/tabungannya. Maka saya melihat kepada firman Allah:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Ia akan mencukupi (keperluan)-nya.” (Ath-Thalaaq: 3)
Maka saya kemudian menyerahkan diri dan mempercayakan semuanya kepada Allah karena Dia akan mencukupi segala keperluanku.
Mendengar pernyataan-pernyataan Hatim, sang guru yaitu Imam Syaqiq al-Balkhi mendo’akannya, “Semoga Allah memberi berkah kepadamu…!”
***
Ditulis ulang dari buku Jadilah Dokter Muslim Sejati, halaman 247-274, karya Djoko Kuswanto, penerbit Wafa Press
Semoga bermanfaat.....
0 komentar:
Posting Komentar